RSS

Jakarta: Sebuah Mimpi Buruk

19 Jul

Kali ini saya mencoba mengingat-ingat sesuatu, dan mencoba menulisnya agar tidak lupa. Semoga ingatanku masih cukup kuat untuk menghasilkan cerita yang cukup masuk akal untuk didengar, semoga tidak tercampur dengan imajinasiku yang bukan-bukan mengenai kota Jakarta.

jakarta

Bulan Juni 2007, saya berangkat meninggalkan kota Jogja tercinta, dengan membawa semua apa yang saya miliki, yg saya kemas  dalam travel bag seberat 24 kg. Beruntung saya check-in di bandara dalam keadaan tergesa-gesa, sehingga petugas buru-buru menyuruh saya segera masuk ke ruang tunggu karena pesawat hampir berangkat, sehingga saya tidak dikenai charge atas kelebihan bagasi yang seharusnya hanya berbobot maksimum 20 kg.

Beruntung sekali ada teman dari Kerinci yang sama-sama berangkat ke Jakarta, dan di Jakarta sudah dicarikan kos-kosan sama ceweknya yang sudah lebih dulu tinggal di Jakarta, sehingga saya bisa nunut tinggal di kosnya teman saya tadi selama belum mendapat kos sendiri di sana. Selama sebulan pertama saya tinggal di daerah Karet,  sementara kantor saya ada di daerah Cikini, jadi harus naik angkutan dua kali. Begitulah, selama sebulan pertama saya langung bisa merasakan dinamika kota Jakarta, tempat di mana orang-orang seakan bertarung untuk bertahan hidup, sehingga wajah-wajah menjadi kaku, dan tatapan matanya menjadi aneh, seakan menyembunyikan kekalutan yang ada dalam pikirannya. Berikut ini bebrapa pengalaman yang saya ingat seakan-akan terjadi di alam mimpi, tidak terlalu jelas, namun menimbulkan kesan yang dalam:

  • Ketika berada di dalam mikrolet (angkutan kota yang berukuran mini), tiba-tiba saja kami dibawa menuju jalan yang begitu sempit, rasanya tidak masuk akal jalan sekecil itu dilalui angkutan umum. Sepanjang jalan sepertinya banyak terdengar sumpah serapah, entah dari mana datangnya. Yang sangat buruk, adalah, ketika kami berbelok di tikungan, mobil dari arah berlawanan harus mundur dulu untuk mempersilahkan kami lewat, biar tidak tabrakan.
  • Ketika saya menelusuri gang-gang sempit mencari kos-kosan yang baru, saya menjumpai deretan rumah yang begitu padat, dan begitu kagetnya ketika menjumpai sekelompok anak bernyanyi riang sambil memukul-mukul benda apa saja yang ada di sekitarnya sambil menyanyikan syair lagu yg aneh: “kebakaran kebakaran kebakaran.” Sulit sekali rasanya membayangkan kembali wajah-wajah tersebut yang menyanyikan syair yg terdengar begitu menakutkan itu sambil ketawa-ketawa dan senyum-senyum.  Ini benar-benar mimpi buruk.
  • Bunyi klakson mobil bersahut-sahutan yang saya ingat ketika melewati  jalan-jalan di jakarta bagiku juga seperti mimpi. Salah satu dari karakteristik alam mimpi adalah adanya inkonsistensi dan distorsi ruang, di mana suara-suara tadi menciptakan imaji wajah-wajah yang frustasi, yang terbayang di hadapanku. Di Jogja saya biasa mendengar bunyi itu ketika seseorang berusaha memberi tahu bahwa dia bersama mobil yang ditumpanginya dalam kecepatan tinggi eksis, sehingga biasanya yg dikasih tahu trus kaget dan menyingkir. Sementara di Jakarta, bunyi-bunyi itu lebih ditunjukkan untuk memberi tahu bahwa seseoarang sedang marah, dan secara tidak sadar, setiap orang yang mendengar bunyi itu juga ikut-ikutan membunyikan klakson sebagai tanda bahwa dia juga marah, entah kepada siapa. Begitulah kuingat bunyi klakson panjang bersahut-sahutan, ingatan yang samar tetapi mempunya kesan yg begitu dalam.

Akhirnya saya seperti terbangun dari tidur ketika saya meninggalkan kota Jakarta dari terminal Pulogadung pada awal Juli 2008.  Sekali lagi saya ulangi dari terminal Pulogadung, bukan dari bandara Sukarno-Hatta seperti pada saat kedatanganku ke sana.

Itu saja dulu cerita mimpi burukku yang bisa saya ingat, mungkin akan saya tambah lagi dengan cerita-cerita yang lain nanti kalo saya bisa mengingatnya. Bagaimanapun, Jakarta buatku kini menjadi suatu dunia yang hilang, yang kdang saya rindukan. Ya, kadang-kadang saja. Apa kesan-kesan yang Anda ingat kalau saya sebut satu kata “Jakarta”?

 
6 Comments

Posted by on July 19, 2009 in Curhat

 

Tags:

6 responses to “Jakarta: Sebuah Mimpi Buruk

  1. Jenny

    July 20, 2009 at 10:18 am

    aduh kak….kamu koq kaya adik kelasku
    ngga tahan di moscow eh malah pulang ke jogja……
    udah gitu mau masuk ugm udah telat………kasian banget…..

    sekarang kerjaannya jadi pembimbing tim olimpiade matematika
    padahal pinter loh….banget…..

    dia mau masuk UKDW katana…bagus ga seh?

     
    • hamuro

      July 20, 2009 at 12:46 pm

      UKDW bagus juga, tapi, sebagai mahasiswa UGM, pastinya akan berpendapat kalo UGM tuh jauh lebih baik… haha.. Kapan balik ke Jogja lagi Jen? Masak aku harus ke Rusia cuma buat ketemu kamu sih…… 😦

       
      • Jenny

        July 21, 2009 at 8:57 am

        wah………pulangnya masih lama pak……..banget malah
        soalnya disini aku kerja tiap summer……gajina gede neh…
        udah mulai kerasan aku disini…..jogja sepi pak

        eh UGM tu sombong euy…masa adik kelasku…..”namana pupud”…ditolak mentah-mentah waktu minta transfer student padahal peringkat dunianya kan tinggian moscow state udah gitu GPA na 3.9 udah ikut symposium 3 kali.
        waktu itu seh bapakna akademik memperjuangkan katana…tapi rektorat ga kasih ijin…gmana tuh?

        mau ke kedokteran IP udah tutup……
        mau ke FEB eh malah map ijazah na pake ilang sgala.
        sekarang daftar di UKDW TI udah keterima…..(diterima dengan senang hati 🙂 pake full scholarship)…..
        kakakna kan 2 di ugm semua…jadi ya kaya kamu mau na juga di ugm

        tebak….apa yang terjadi?
        KETERIMA DI FH UGM PROGRAM INTERNASIONAL——–ga nyambung banget kan….

        tapi koq dia-nya tetep nyante ya—-kaya kamu waktu keluar kerja ya? kekkekekekke……………………

         
  2. liana cimutz

    July 22, 2009 at 11:22 am

    jakarta emang kota yg mengerikan mas.. klo blh milih seh, ogah gw krj d sna… srem…
    udah banyak polusi, macet, org ny kebanyakan ga ramah. enk’an d jogja… saking enk ny jogja jd males neh plng k crbn hehehehe….

     
  3. Green

    November 24, 2009 at 9:28 am

    O ya gitue M Lia? enak di jogja ya?heheh…
    di jakarta ada Dufan Loe heheh…
    ntar kalo kamu berekrasi dipastikan kamu pastikan suara besar kamu heheh…kalo jogja kan blum ada?

     
  4. rif

    April 27, 2010 at 3:15 pm

    tapi banyak tuh temen2 di jakarta yang kangen…

    btw, salut artikelnya bagus2, layout (theme) nya sederhana dan enak dilihat

     

Leave a reply to hamuro Cancel reply